Author Archives: adisriyadi

About adisriyadi

Saya seorang yang ingin menjadi seorang biasa yang jujur dan bertanggung jawab, walaupun masih jauh dari itu

Lulus SMA

Ditengah perjalanan balik sekelebat pikiran muncul dikepala “apakah iya ketika aku masih ‘disini-sini saja’ maka mungkin aku akan bekerja pagi hari ke pabrik dan sudah mempunyai istri dan anak

Waktu lulus SMA aku tidak kepikiran untuk kuliah karena memang dikeluargaku lulus SMA itu sudah cukup untuk melanjutkan kehidupan bernama karir pekerjaan. Ketika temen-temen SMA pada ramai ngomongin soal mau kuliah dimana, aku hanya terbengong-bengong mendengarnya. Walaupun hanya bengong dan tidak kepikiran buat kuliah, aku tetep daftar kuliah karena yah ikut ikutan temen di sekolah. Daftar > tes > pengumuman lalu Alhamdullilah dinyatakan Lolos masuk PTN kebanggaan warga Semarang.

Walaupun pas pengumuman dinyatakan nggak lolos pun aku mungkin bakalan biasa saja menyikapinya dan memutuskan untuk bekerja di Pabrik seperti teman sebaya di lingkunganku.

Banyak teman teman dilingkunganku yang maksimal hanya tamatan SMA juga dan sebagian kecil yang melanjutkan ke bangku kuliah (termasuk aku). Banyak teman-temanku yang sudah mulai karir selepas SMA seperti menjadi buruh pabrik, kerja di bengkel atau kalau beruntung kerja ditempat yang lumayan enak seperti di BUMN atau BUMD, sedangkan aku masih tetap melanjutkan study.

Selepas 4 tahun kurang akhirnya lulus juga, sedangkan teman-teman sebayaku sudah dilevel “kekenyangan berpendapatan” lalu banyak dari mereka memutuskan untuk menikah selepas itu. Sedangkan aku malah sedang mulai mencari pekerjaan, belum ada sedikitpun niatan untuk menikah. Lah gimana juga pendapatan aja belum punya, lah kok mikirin nikah.

Sampai pada akhirnya sekarang ini punya karir di Jakarta aku juga belum menikah walaupun aku sendiri yakin beberapa waktu ini aku akan dipertemukan dengan jodohnya dan nikah juga (Amin paling serius 🙏). Sedangkan teman temanku sebayaku di lingkungan rumah sudah banyak yang punya anak, malah bisa udah ada yang punya 2 Anak.

Diperjalanan pulang aku merenung kalau saja aku tidak diterima masuk ke perguruan tinggi apakah aku juga sudah menikah dan punya anak?. Bisa jadi memang skenarionya seperti itu.

Sebenarnya awalnya pingin nulis point of view eh malah melenceng kesini. Yaudah lah ya nggak apa hehe

Iri Tanda Tak Mampu

Kalau iri tanda tak mampu, maka bisa dikatakan aku termasuk pada kategori manusia yang tak mampu, karena entah bagaimana aku lebih sering merasa iri ketika melihat orang yang dekat mendapatkan prestasi atau mandapatkan apa yang dia ingin daripada ikut bangga bersama mereka. Entah bagaimana ceritanya rasa iri itu datang dengan sendirinya walaupun dari diri sendiri menginginkan sebaliknya ikut senang dan bangga juga. Entah kenapa seperti itu, apakah teman-teman mengalaminya juga?

Apalagi ketika diposisi yang sama atau berdiri pada garis start yang sama namun ketika resultnya muncul menunjukan rekan atau teman kita mendapatkan yang lebih dari kita, ini irinya jadi lebih-lebih. Kadang aku mikir apa ada yang salah dengan diriku ini? apakah orang lain juga ada yang berfikiran sama denganku? atau memang ini adalah refleksi diri dari dalam bawah sadar yang membuat aku iri.

Walaupun aku iri namun beberapa waktu kemudian keirian tersebut menjadi hal yang dilumrahi atau dengan kata lain mulai diterima. Analogi sederhananya itu seperti segelas kopi kapal api, diawal mengaduk ampas kopi masih diatas namun beberapa menit kemudian ampas kopi tersebut sudah berada dibawah permukaan gelas. Sebenarnya kalau dipikir-pikir tidak masalah ya, kan endingnya menerima juga, tapi nggak habis pikir aja kenapa diriku seperti itu – tidak suka melihat orang senang atau irian –

Apakah ada yang seperti itu?

Membeli yang kadang tidak berfaedah

Kadang kadang aku membeli barang yang nantinya bisa jadi tidak digunakan secara maksimal. Mau sebel bagaimana yah itu aku sendiri hehe.

Kok bisa gitu yah mungkin karena diri aku yang seringnya spontan dalam melakukan sesuatu. Kayak 2 hari lalu iseng iseng buka sopii dan menemukan kaos bermerk dengan harga terdiskon lebih dari 50%, tidak sampai 5 menit sudah melakukan checkout dan menunggu barangnya datang. Dan karena itulah bisa jadi ketika barangnya datang bisa merasa beruntung atau sebaliknya merasa rugi

Sebenarnya digunakan atau tidak digunakannya barang yang aku beli bukan saja karena beruntung atau merasa rugi namun juga diriku sendiri yang bisa jadi tidak sempat memakai barangnya atau memang tidak compact saja.

Sebagai contoh saya pernah membeli Kemeja levi’s ukuran L dan ketika barangnya datang shit dah ternyata gede banget. Usut punya usut ukuran L dilokal sama diluar negeri sana berbeda, harusnya diawal aku pilih M agar seenggaknya sama dengan ukuran L lokal. Kemejanya kadang masih aku pakai walaupun lebih seringnya tertumpuk didalam lemari. Ya gimana ketika aku pakai berasa banget vibenya jadi rapper gagal rekaman (kedodoran banget)

Lagi nih contoh beberapa bulan lalu aku beli penyedot debu portable karena yah sebelumnya udah beli karpet, niatnya biar debu debu yang masuk dalam karpet bisa diminimalisir. Paketnya datang dicoba lalu dicoba on in hidup, tapi kok sedotannya ga sekenceng penyedot debu yang ada dirumah. Hmm mungkin perlu dicharge dulu baru bisa, pikirku. Lalu ku charge beberapa jam dan menunggu. Hasilnya? Tetep sama saja baru ketika aku ketok ketok dan bisa, Alhamdullilah merasa bahagia. Tapi sialnya kebahagianku ini berlangsung singkat tidak sampai 5 menit karena mesin penyedot debu portable itu tiba2 memelan performanya setelah 3-4 menit. Jadi kalo kita kalkulasikan 3 jam untuk 5 menit, whaaat bangett kan, ya males kalo harus nunggu gitu. Kalo gini lebih berfaedah sapu lidi dibandingkan mesin ini. Sebenarnya dari awal udah salah juga sih karena belinya di toko yang bukan officials, jadi ya bisa jadi dikirimin barang replika atau kw yang diproduksi hanya untuk membuat si pembelinya kesal.

Satu lagi dah contoh, untuk kali ini contohnya beda bukan salah ukuran atau zonk melainkan karena diriku sendiri. 3-4 tahun lalu aku beli kamera mirrorless dengan alasan ingin agar ada kegiatan outdoor dan sembari bikin konten youtube atau foto2 ciamik kalo kemana-mana. Kameranya bagus, ringkas dan memang super duper tidak ada masalah karena memang aku belinya di officials (emm nggak selalu sih beli di officials lebih baik tapi kemungkinannya lebih besar menurutku). Awal punya aku rajin banget kesana kemari, belum sampai 2 bulan aktivitas jeprat jepret itu berkurang dan tidak sampai 3-4 bulan kamera sudah menjadi barang simpanan didalam lemari. Kadang memang aku gunain, tapi jaraaang banget, jadi merasa nyesel beli kamera tapi tidak digunakan semaksimal mungkin 😦

Contohnya cukup itu aja karena memang banyak yah hehe. Tapi yang digunakan secara maksimal juga ada dan tidak sedikit. Aku pikir memang begitu kadang seseorang bisa jadi tidak menggunakan barang yang beli secara maksimal atau sebaliknya. Itu lagi lagi kembali ke kitanya. Hal yang bisa dilakukan menurutku memperkecil kemungkinan ketidakbermanfaat barang yang telah dibeli seperti dengan berfikir sebelum membeli dan tidak melulu spontan (uhuy) karena emosi sesaat. Yah analoginya kalau lagi makan All you can eat jejepangan lah, pas masuk udah kalap ambil ini itu karena udah laper mata, dan pas udah kenyang kembung atau waktunya habis masih sisa banyak kan mubazir yah, ada yang gitu btw?. Kalo aku jangan ditanya ya wkwkw

Sekarang aku lebih sering berfikir dulu sebelum membeli takut takut nggak dipakai atau digunakan secara maksimal. Itung itung meminimalisir lah. Mungkin kamu nanyeeee kenapa 2 hari lalu beli kaos levi’s itu secara spontan, sebenarnya semingguan yang lalunya aku udah beli kaosnya dan cocok nah mumpung ada diskon gede dan memang stok kaos sedikit yawis beli. Gitu yak manteman

Udah gitu aja hehe, kali nambah referensi. Makasih udah membaca 🙂

Menuju 2023

Tidak menyangka sudah 2023 saja, rasanya baru kemarin Pandemi dimulai lalu ada PSBB lalu ada PPKM dan sekarang sudah ganti tahun saja. Ikhlas gak ikhlas memang itu kenyataannya. Yang jadi pertanyaan dari munculnya covid tahun 2020 sampai sekarang ini apa yang udah aku lakuin ya?

Kalo ngomongin yang dilakuin tentu sudah banyak, namun apakah yang menjadi keinginan atau tujuan telah terealisasi?. Kalau pertanyaannya ditujukan ke aku maka tentu jawabannya tidak ada walaupun itu jawaban yang bisa saja bias, maksudnya itu bisa saja keinginan atau tujuannya telah terealisasi namun karena waktu dan sudah kadung menikmati keinginan atau tujuan tersebutlah yang membuat rasanya jadi biasa saja. Yah kayak Lulus Kuliah deh dengan IPK tinggi, mungkin pas lulus seneng banget, namun ketika terjun ke dunia kerja IPK tinggi tidak menjamin dapat pekerjaan yang layak dan bukan cuman itu yang punya IPK tinggi juga banyak, disaat nggak dapet-dapet pekerjaan lalu berujar “tidak ada keinginanku yang tercapai :(“.

Aku pernah menulis bahwa aku jualan online pada saat itu, dan apakah saat ini masih tetep jualan?. Jawabannya iya. Jujur aku tidak tahu kok bisa ya bertahan sampai saat ini, kamar kosku saat ini dipenuhi dengan barang jualan walaupun aku menyadari omsetku menurun dari tahun kemarin.

Ngomongin tahun baru biasanya orang ngomongin resolusi. Apakah aku juga akan membuat resolusi? emm aku tidak tahu, mungkin saja iya mungkin saja tidak. Karena ya bisa tiap saat aku membuat resolusi dan melakukannya tanpa kenal waktu, jadi karena momennya baru bisa saja aku bikin resolusi nantinya. Saat ini aku beranggapan bahwa resolusi itu penting (dari kacamataku berkehidupan). Karena apa yah, bagiku tanpa resolusi hidup seperti terombang-ambing nggak jelas saja bisa saja bulan ini mengarah ke A, bulan depan B, bulan depan lagi C lalu akhir tahun jadi A lagi. Aku analogikan seperti angka 0 atau 8 yang tak pernah kemana-mana, karena yah disitu-situ saja. Apakah aku tidak disitu-situ juga?, yah masih. Aku juga nggak sempurna dalam menjalani hidup yang terus berjalan ini. Aku cuman berpendapat demikian. Kali aja ada yang setuju juga.

Ditahun ini perubahaan apa yang terjadi padaku?. hmm sebenarnya tak ada yang mencolok atau berbeda dari tahun-tahun sebelumnya. Mungkin sekarang jadi sangat care dengan skin, setiap hari tidak lupa double cleansing, pake toner, serum dan tidak lupa sunscreen sebagai pelindung. Mungkin pembaca pria ngakak mendengarnya, nggak apa kok hehe. bagiku aku ingin lebih tampak bersih dan cerah saja. Aku tipe manusia yang kalau udah mandipun dikira belum mandi, kan sebel yah. Jadi minimal aku skincare-an bisa memproteksiku dari kalimat-kalimat jahanam itu dan Alhamdullilah sepertinya jadi lebih baik mengenai penampilan.

Kita gali lebih dalam apa yang aku fokusin tahun ini. Singkatnya hal yang paling aku fokusin sepanjang tahun ini seperti: Investasi saham, jualan dan akhir tahun ini bikin konten youtube. Kuakui investasi saham mandek (lagi mau masuk lagi), selanjutnya jualan aku biarin gitu aja dan konten youtube sedang aku getolin akhir tahun ini (berharap bisa mendapatkan keuntungan dari situ, ampppun pragmatis banget yaak).

Ditahun depan aku berharap menjadi lebih baik lagi dan dipertemukan dengan jodoh yang benar-benar jodohku hehe.