Ngeteh

Akhir-akhir ini saya jadi keranjingan ngeteh dibandingkan ngopi. Entah karena faktor utamanya apa saya jadi lebih suka rasa teh yang begitu ringan dibandingkan kopi yang terasa berat di lidah. Mungkin karena akhir-akhir ini hal berat sering berkunjung jadi merasa tak suka menambahi keberatan itu lagi walaupun hanya sekedar minuman, salah satunya kopi yang bagiku berat di lidah, tentu akhir-akhir ini.

Bukan sekedar aktivitas minum saja, hal tersebut juga berlaku untuk judul-judul series yang aku tonton. Aku lebih memilih series yang tidak terlalu mikir atau malah tidak mikir sama sekali. Seperti series Midnight Diner: Tokyo Stories atau The Road to Red Restaurant List yang ringan sekali dicerna jika ditonton. Mungkin genre series ringan ini diciptakan penulis naskah karena sudah jenuh dengan hal-hal berat di kehidupannya maka yah buat aja yang ringan. kali kan wk.

Kembali lagi ke teh, baru kusadari bahwa aktivitas ngeteh itu tidaklah sesederhana cara pembuatannya (walaupun tentu aku yakin di belahan bumi sana ada pembuatan minuman teh yang mungkin sama kompleksnya dengan kopi). Ketika bibir menyentuh ujung gelas lalu menyeruputnya dengan perlahan disaat itulah aku mulai menyadari bahwa aktivitas sekedar minum bisa sebersyukur itu. Rasanya hangat dan ringan seolah ketika aku menyeruputnya lagi dan lagi rasanya makin mendamaikan. Tentu ini perandaian yang subjektif dan barangkali orang lain tidak sebegitunya.

Bukan orang lain, tapi diriku sebelum ini juga beranggapan bahwa teh yah hanya sekedar teh diminum sebagai salah satu minuman yang ada dan gak ada filosofis-filosofisnya sekedar minum. Asal enak saja.

Bagiku saat ini rasa teh yang aku minum menjadi lebih enak karena rasa syukur yang aku ciptakan sendiri dan bukannya karena teh. Teh hanya sekedar penghubung diriku untuk menciptakan rasa syukur itu. Namun terlepas dari itu aku memang sedang keranjingan dengan aktivitas ngeteh. walaupun tentu kusadari teh yang kubuat masih sederhana dan tak presisi dalam pembuatannya yang tentu membuat rasa teh bisa jadi berbeda dari setiap pembuatannya.

Menurut pandangan subjektifku saat ini memandang teh sebagai salah satu varian minuman pilihan utama selain kopi. Di Minimarket saja aku lebih memilih minuman jenis teh dibandingkan yang lainnya akhir-akhir ini, tentu sesekali juga beli yang lain namun lebihnya yah teh itu sendiri. Entah sampai kapan kecondonganku memilih teh akan berlanjut, yang jelas aku senang dengan situasi ini dan mencoba mengulik-ngulik dunia per-tehan lebih dalam dengan perlahan dari cara memilih teh yang baik, mengenal jenis-jenis teh dan tentu cara pembuatan teh yang lebih presisi lagi.

Udah itu aja. Hidup Ngeteh!

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s