Aku memaksa lari sejadi-jadinya melintasi garis batas imajiner yang membelenggu pikiranku sendiri. Rasanya menyakitkan namun anehnya berpadu dengan rasa menyenangkan yang terselip dalam setiap elemen kesakitan itu. Pada akhirnya aku berhenti pada garis batas imajiner baru meninggalkan garis batas imajiner lama. Besok ketika aku berlari lagi aku akan melewati garis batas imajiner-imajiner kemarin.
Garis batas imajiner adalah batasan yang kita tentukan sendiri bahwa kita berada pada level itu, yang seringnya membelenggu kita untuk tak maju dan berhenti maksimal pada garis itu atau sebelum garis itu. Itu Definisiku aja.
Garis batas imajiner bukanlah sejelek itu, karena bagiku itu tetap ada walaupun seseorang sudah sangat expert sama sekali. Yang menjadi tugas kita adalah memperluas batasan-batasan itu lebih luas dan lebih panjang dari waktu ke waktu.
Ada sebuah cuplikan film yang masih aku ingat sampai sekarang. Seorang pelatih Football (bukan sepakbola pada umumnya, melainkan ala American Football) yang sedang memberikan pelatihan kepada para pemainnya, di satu waktu ia meminta salah satu pemain yang sudah sangat keletihan untuk berlatih merangkak dengan beban orang, posisinya mirip seperti mengangkat karung namun bedanya ini orang dan merangkak.
Aktivitas itu sudah sangat biasa sebagai porsi latihan para Pemain American Football. Namun sialnya pelatih itu menginginkan sesuatu yang beda dari biasanya, pemain diminta untuk menutup matanya dengan kain sembari merangkak di dalam lapangan.
Pemain tersebut tampak bingung dan melenguh karena permintaan itu, namun pada akhirnya pemain tersebut tampak tak bisa berkutik dan menuruti sang pelatih. Dengan mata tertutup dan menggendong beban manusia di punggungnya ia tertatih-tatih merangkak. Para pemain lainnya yang sedang duduk melihat pemain yang “kena sial” itu tertawa terbahak-bahak dan barangkali mereka berfikir itu adalah April Mob atau memang sedang dikerjai pelatihnya.
Pemain tersebut terus merangkak perlahan lalu gontai dan gontai, dari balik telinganya terdengar suara pelatih yang terus menggema dan memaksa untuk bertahan. Aku masih ingat apa yang dikatakannya (kalau tidak salah) “Keluarkan semua yang kamu miliki!, terus sedikit lagi, sedikit lagi!” Ia mengatakan itu kepada pemain yang merangkak itu lagi dan lagi “teruuuuus sedikit lagi, sedikit lagi!. Keluarkan semuanya!”
Pemandangan itu seperti penggembala yang memaksa para domba untuk masuk ke kandangnya sewaktu sore.
Pemain itu tampak kewalahan, berkeringat dan tentu sangat kelelahan. Namun ia tetap merangkak sesuai intruksi sang pelatih.
Dari balik lapangan para pemain yang tertawa terbahak-bahak mulai bungkam satu persatu, diam seribu bahasa. Beberapa berdiri menyaksikan tak percaya.
Pemain tersebut akhirnya goyah juga dan berhenti dengan napas tersengal-sengal. Ia membuka matanya dan kaget melihat sebuah kenyataan bahwa ia telah melewati jarak merangkak yang belum pernah ia lewati sebelumnya dan mungkin seluruh pemain di club American Football itu.
Cuplikan videonya bisa disetel dilink ini;
Yah kurang lebih garis imajiner yang ku definisikan seperti yang ada dalam video di atas. Pemain di video tersebut memiliki garis batas imajiner di rentang 30 ketika merangkak dengan beban manusia dan rentang 50 ketika ia merangkak tanpa beban. Namun ketika ia “dipaksa” untuk tidak memperdulikan garis batas imajiner tersebut dengan menutup matanya, apa yang ia dapat? sebuah rekor yang belum pernah ia lewati sebelumnya. Ia berhasil sampai di ujung lapangan tanpa berhenti sedikitpun.
Jadi apakah kamu telah memberikan semuanya?
Terima kasih