=======================
Sapardi Djoko Damono
Moment yang paling mengingatkanku tentang Sapardi adalah video klip musikalisasi puisinya tentang hujan bulan Juni dan jawaban beliau mengenai puisinya tersebut pada saat bincang-bincang bersama Najwa dan Joko Pinurbo. Bagiku itu kenangan paling mengenang tentang Sapardi.
Pada video klip musikalisasi puisi tersebut aku melihat gambaran tentang puisinya lebih dalam, walaupun aku tidak yakin benar Sapardi ikut terlibat langsung dalam pembuatan (kecuali materi puisinya). Video klip tersebut dibuat oleh channel youtube sketsagram rekavisual yang menurutku gambarannya mewakili apa yang aku rasakan tentang puisinya, ada hujan; ada kesedihan; ada keputusasaan; dan gambaran tentang kematian. Tentu penggambarannya akan berbeda-beda, mungkin bagi si pemilik puisi juga bakal berbeda. Namun mengutip dari kata-kata Sapardi yang kalo tidak salah bunyinya sepert ini: setiap orang punya representasinya masing-masing tentang setiap rangkaian kata yang dibuat.
Selanjutnya adalah ketika beliau ditanya Najwa tentang puisi yang dibuatnya. Berikut sedikit tanya jawabnya yang kupindahkan dalam bentuk teks.
Najwa: Mencintaimu dengan sederhana?, adakah maksud lain ketika menuliskan itu pak Sapardi?. Ada banyak sekali interpretasi orang terhadap kalimat terkenal itu…
Sapardi: Ya tentu, puisi itu hidup karena interpretasinya macem-macem. Kalau cuman satu yah sekali baca sudah habis. Jadi orang pikir-pikir. Sederhana kok ada api, ada kayu. Kayu dibakar api tho?. Ini percintaan menurut saya. Kayu dan api bercinta tuh. Sebelum sempat menyampaikan cintanya sudah jadi abu. Jadi gak sampai
Najwa: Jadi ketika itu sekali jadi berapa lama prosesnya? 1 hari?
Sapardi: Kok 1 Hari!?. Berapa, yah paling beberapa menit itu jadi. 15 Menit atau 20 menit. Ditulis tangan!.
========================
Buku
Aku baru membaca 1 buku beliau yang berjudul hujan bulan juni, itupun selepas 1-2 tahun penayangan film dengan judul yang sama. Yah aku “kenal” beliau awalnya dari film bukannya dari karya tulisnya. Berharap kedepan bisa membaca beberapa karya buku lainnya seperti pada suatu hari nanti, ayat-ayat api, perihal gendis dan lain sebagainya.
Sesama pecinta puisi dan sajak dengan tingkat level yang berbeda (tentu aku masih cetek), aku bisa belajar banyak dari tulisan-tulisan yang dibuat oleh beliau.
========================
Hujan Bulan Juli
Juli ini hujan turun membanjiri seluruh pelosok negeri dalam bentuk berbagai rupa. Sapardi berpulang ke peristirahatannya yang terakhir. Ada satu sajak atau puisi yang terngiang ketika mendengar beliau telah tiada.
“Pada Suatu Hari Nanti
pada suatu hari nanti
jasadku tak akan ada lagi
tapi dalam bait-bait sajak ini
kau takkan kurelakan sendiri
pada suatu hari nanti
suaraku tak terdengar lagi
tapi di antara larik-larik sajak ini
kau akan tetap kusiasati
pada suatu hari nanti
impianku pun tak dikenal lagi
namun di sela-sela huruf sajak ini
kau takkan letih-letihnya kucari”
Selamat jalan eyang! 😦
–Adisriyadi
NB:
- Foto Ilustrator diambil dari kumparan: Indra Fauzi/kumparan